Lengan tak bisa ditekuk, tekad gadis ini antar dia jadi perias wajah


Suarajatim.com – Karena sakit yang dideritanya, Laninka Siamiyono (27),kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Tapi berkat kegigihannya, ia malah bisa membuat konten menarik di kanal youtube karena mampu membuat riasan wajah yang mempesona.

Laninka menderita penyakit autoimun rheumatoid arthritis, karena sakitnya ini, ia tidak bisa menekuk sikut dan dua tangannya ke arah muka. Padahal kemampuan ini penting untuk memakai riasan mata dan wajah secara keseluruhan.

“Mungkin ini agak terdengar aneh, pada kenyataannya penyakit yang aku derita ini membuat seluruh badanku menjadi kaku, dari sendi ke otot,” kata Laninka.

Penyakit yang dimiliki Laninka menyebabkan radang pada sendi yang mengakibatkan rasa nyeri, kaku, dan bengkak di sendi. Dan yang paling sering terkena yaitu tangan, pergelangan tangan, kaki dan lutut.

Sudah 13 tahun terakhir Laninka menggunakan kursi roda karena penyakitnya, dan pada saat bersamaan, minatnya terhadap riasan wajah juga muncul.

“Pada satu titik, aku suka makeup tapi aku nggak bisa memakai itu ke diri sendiri tuh kayak, haduh mesti gimana ya. Kan nggak mungkin untuk selalu minta tolong orang untuk pakai eyeliner atau pakai alis. Karena kan semua orang punya kegiatannya sendiri,” ujar Laninka.

Akhirnya, dia melihat alat pukul dan pijat berbentuk tangan kecil milik ayahnya.

“Coba deh, cari tali, terus aku ikat brush (kuas), aku latih pelan-pelan gimana pakai foundation (alas bedak) sampai halus, kemudian gimana caranya nge-blending (mencampur) yang baik, pakai eyeshadow(pemulas mata) meskipun (kuas) diikat-ikat seperti itu,” ujar Laninka.

Alat bantu itu merupakan bentuk adaptasi bagi Laninka agar bisa memakai sendiri riasan wajah dengan cara berbeda, tapi tetap bagus.

Seperti halnya melukis, merias wajah sangat bergantung pada tangan yang stabil, namun juga hati-hati, untuk memastikan garis eyeliner yang digambarkan tampak lurus dan tidak berantakan, atau agar pulasan mata dan alis yang digambarkan tidak berlebihan.

Dan jika riasan yang dipasang berlebihan, tentu butuh gerakan kuas juga untuk membaurkan warnanya.

Laninka, yang suka menonton kanal tutorial riasan wajah di YouTube, tahu soal tingkat keahlian yang dianggap sebagai standar yang bagus dalam merias wajah. Maka dia menghabiskan 3-4 tahun untuk belajar memakai riasan wajah menggunakan alat bantu tongkat pijat milik ayahnya itu.

“Aku lebih suka utak-atik warna ditempelin ke mata, aku akan lebih prefer (memilih) keluar uang lebih untuk beli eyeshadow daripada beli lipstik, maskara, blush (perona pipi), bahkan foundation,” tambahnya.

Laninka memang aktif menggugah video berisi tutorial yang sekaligus menunjukkan bagaimana caranya merias wajah dalam kondisi keterbasatan fisik.

Butuh sekitar 3-4 jam bagi Laninka untuk merekam satu video, lalu dia akan menyuntingnya sendiri, dan butuh dua hari sampai video tersebut diunggah. Biasanya dia akan mengambil waktu di akhir pekan untuk membuat video tersebut.

Kanal itu sudah dibuat oleh Laninka sejak dua tahun lalu, namun sebelumnya temanya lebih soal aktivitas keseharian. Baru pada 6-7 bulan terakhir dia mengunggah tutorial atau penilaiannya akan suatu produk riasan wajah.

“Dasarnya aku tuh memang suka banget sama makeup kan, beberapa teman yang non-difabel menganjurkan untuk sharing makeup di YouTube,” dia memberi alasan.

Selain itu, Laninka juga terinspirasi dari menonton kanal YouTube tutorial riasan wajah milik Desi Perkins.

“Aku berpikir gini, setiap perempuan itu kan berhak untuk merasa cantik, dalam kondisi apapun. Beberapa teman-teman difabelku ini menganggap ‘saya berbeda dan saya nggak berhak untuk merasa cantik’ padahal kan kenyataannya nggak seperti itu. Dan orang-orang sekitar, masyarakat umum, dan beberapa brand-brand besar, belum melihat bahwa teman-teman difabel itu memilki skill makeup yang bagus dan setara dengan orang-orang yang non-difabel, yang handal,” tambahnya.

Lewat salurannya itu, Laninka ingin “mensosialisasikan dunia disabilitas dengan cara yang berbeda”.
“Kita tahu YouTube sering dibuka oleh anak-anak muda, dan aku secara pribadi belum melihat info disabilitas yang cukup kekinian,” ujarnya. //cst
LihatTutupKomentar