Dicerai Suami, Ibu Bayi Hydrocephalus Butuh Bantuan Tempat Tinggal

KUMUH - Dina menggendong bayinya yang menderita hydrocephalus di rumah petak yang reyot.

Surabaya, Suarajatim.com - Ada kisah pilu yang dialami oleh Dina Oktavia, ibu muda aaal Surabaya yang tinggal di kawasan Jojoran. Di usianya yang masih terbilang muda, 21 tahun, namun dia sudah mengalami pahitnya hidup.

Suaminya, Muhammad Abdul Aziz (23), meninggalkan dirinya saat mengetahui kondisi bayi mereka mengalami "cacat" sejak lahir.

Bahkan mertuanya juga merasa malu dan tidak mau mengakui cucunya dengan kondisi memprihatikan seperti itu.

Baca: Kisah Pilu TKW Hong Kong Korban Cinta Palsu Pria Pakistan

"Mulai lahir sampai hari ini, mertua tidak pernah sekalipun menengok anak saya. Katanya, malu punya cucu cacat," kata Dina mengawali kisahnya.

Saat ditemui di rumah petaknya di kawasan Jojoran, Minggu (1/12), Dina yang saat itu didampingi Isa Anshori (Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur) dan Daniel Lukas Rorong (Ketua Komunitas Tolong Menolong), baru saja pulang dari rumah sakit, sehari sebelumnya, Sabtu (30/11).

Muhammad Pandhu Firmansyah, putra pertamanya yang masih berusia 5 bulan, baru saja menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di Rumah Sakit Umum (RSU dr.Soetomo Surabaya.

Pandhu, demikian panggilannya, sesuai dengan yang tertulis di rekam mediknya di diagnosa mengidap penyakit Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele.

Dimana, selain mengidap Hydrocephalus , Pandhu juga mengalami "kerusakan" pada wajahnya, yang tidak terbentuk secara sempurna di bagian bibir, hidung dan kedua matanya, sehingga terlihat berongga.

Dengan kondisi parah seperti ini, mengakibatkan Pandhu tidak bisa memakai dot untuk minum susu formula. Bahkan, untuk minum air susu ibu pun, Pandhu tidak bisa. Sehingga, harus disuapi sedikit demi sedikit dengan memakai sendok.

"Sebenarnya saya ingin memberinya ASI, namun ASI saya tidak keluar. Pernah saya coba pompa, namun tetap tidak keluar", kata Dina sambil menggendong Pandhu yang saat itu sedang rewel

Derita Dina tidak berhenti sampai disitu. Suaminya sudah menyuruh dirinya untuk mengurus surat cerai.

"Asal itu membuatnya bahagia, saya tidak masalah. Karena yang terpenting adalah kesembuhan anak saya, Pandhu," ujar Dina yang berencana akan mengurus surat cerainya setelah kondisi Pandhu sudah stabil pasca operasi.

Sempat Tidak Direstui

Diceritakan oleh Dina, sejak awal berpacaran, hubungan mereka memang sudah tidak mendapatkan restu dari orangtua suaminya,

Faktor ekonomi dan strata sosial keluarga Dinalah penyebab utamanya.

"Saya sudah seringkali mengingatkan untuk menyudahi hubungan ini namun dia tidak mau. Bahkan, dia pernah teriak-teriak di depan rumah agar saya bersedia untuk menikah dengannya, akhirnya saya pun luluh," kenang Dina menceritakan kisah asmaranya.

Mantan customer service di toko elektronik terbesar di Surabaya dan kru toko donut ini akhirnya menikah pada tahun 2018 di usianya yang masih 20 tahun.

Setelah menikah dan akhirnya hamil, maka Dina pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada kehamilan pertamanya tersebut.

Hamil, Digigit Tikus Dua Kali

Sempat tinggal di rumah mertuanya, karena satu dan lain hal, akhirnya Dina memutuskan untuk tinggal kembali bersama ibu dan kakak ketiganya di rumah petaknya di kawasan Jojoran.

Di rumah petaknya yang berukuran 2x6 meter ini, Dina pernah dua kali digigit tikus di bagian kakinya saat usia kehamilan menginjak 5 bulan. Bahkan sampai berdarah.

Sudah diperiksakan ke dokter, hanya diberi obat oles luar saja.

"Di rumah saya memang banyak tikusnya. Maklum, lingkungannya kumuh. Bahkan saat hujan deras, ya banjir lantainya karena atapnya bocor," kata Dina sambil menunjukkan bagian atap yang berlubang.

Nah, gara-gara digigit tikus inilah saat hamil, kemungkinan besar penyebab bayinya lahir dengan kondisi seperti ini.

"Kata dokter yang pernah memeriksa saya serta Pandhu, demikian," ungkap Dina.

Karena selama hamil, Dina mengaku tidak pernah meminum obat-obatan saat sakit atau mengkonsumsi makanan seperti seafood atau ikan bakar berlebihan.

"Untuk makan sehari-hari saja susah, bagaimana bisa membeli makanan seafood atau ikan bakar," ujar Dina.

Bahkan saat hamil, Dina pun tidak pernah ngidam yang aneh-aneh.

"Ya, mungkin ini sudah menjadi takdir saya dan Pandhu", kata Dina pasrah.

Berharap Bantuan Rumah Susun
Kini, anak terakhir dari empat bersaudara ini hanya berharap agar Pandhu anaknya bisa sembuh.

Menurut jadwal, operasi selanjutnya yakni operasi plastik akan dilakukan lima bulan ke depan.

Sambil menunggu jadwal operasi selanjutnya, Pandhu juga harus rutin kontrol.

Dina juga berencana akan membuka usaha di bidang minuman yakni es juice dan es puding susu.

Bantuan donasi yang diterimanya dari para donatur seperti Komunitas Tolong Menolong, Yayasan Hidayatullah dan Komunitas Bendino Masak akan dipakainya untuk menyambung hidup.

Karena sejak melahirkan sampai sekarang, suaminya tidak pernah memberinya nafkah. Ditambah kondisi dirinya yang tidak bisa bekerja dikarenakan mau fokus merawat Pandhu anaknya.

"Saya sempat diterima kerja sebagai kasir di perusahaan retail di kawasan Rungkut, pertengahan November ini. Tapi baru sehari masuk kerja, saya tidak bisa masuk lagi dikarenakan Pandhu rewel saat itu sehingga saya putuskan untuk mengundurkan diri saja," ungkap mantan Sales Promotion Girl (SPG) di perusahaan terkemuka ini.

"Untuk saat ini, saya ingin bekerja di rumah saja, seperti membuat es juice atau puding susu yang dijual melalui online. Supaya saya bisa fokus merawat Pandhu," tutur lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Pariwisata, di dekat rumahnya ini.

Baca: Beban Dukun Tengger dan Kepercayaan Tua Masyarakat Bromo (1) 

Dina juga berharap ada bantuan rumah susun dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya, dikarenakan rumah petak yang ditinggalinya saat ini merupakan milik dari adik ibunya, yang akan dijual dalam waktu dekat. 

"Semoga Bu Khofifah (Gubernur Jawa Timur) dan Bu Risma (Walikota Surabaya) mendengar harapan saya ini", ujar Dina.

Bantuan dari Donatur

Sementara itu, Daniel Lukas Rorong, relawan pendamping dari Komunitas Tolong Menolong berencana akan mencarikan rumah kontrakan yang lebih layak ditempati untuk sementara waktu.
Daniel Lukas Rorong menjenguk bayi Pandhu
"Sembari menunggu bantuan rumah susun dari pemerintah, kami Komunitas Tolong Menolong akan berupaya untuk mencarikan tempat tinggal yang lebih layak untuk Ibu Dina dan Bayi Pandhu," tegas Daniel yang juga Humas "Perhimpunan Driver Online Indonesia" (PDOI) Jawa Timur.

"Kami juga akan mendampingi dari segi finansial termasuk membantu rencana Ibu Dina untuk membuka usaha agar beliau bisa mandiri ke depannya dan memiliki penghasilan", ungkap Daniel yang sudah 8 tahun ini berkecimpung di dunia kemanusiaan ini.

Hal senada juga diucapkan Isa Ansori, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur.

"Pihak kami (LPA Jawa Timur) akan mendampingi Bayi Pandhu dan ibùnya agar mendapatkan bantuan rumah susun seta kebutuhan yang diperlukan lainnya. Kami tidak akan tinggal diam dan main-main dengan kondisi yang dialami keluarga tidak mampu ini," tegas Isa Ansori.
LihatTutupKomentar