Angkat Martabat Lewat Cita Rasa Kopi Bondowoso

kopi bondowoso

Kopi Arabica khas Bondowoso telah mendapat pengakuan dunia internasional. Bahkan, sepertiga dari produksi kopi Arabica Java Ijen Raung asal Bondowoso telah menembus pasar Eropa.

Bondowoso, Suarajatim.com - Syahdan, seorang penikmat kopi asal Belanda tengah mencicipi secangkir kopi di Italia. Aroma dan kopi itu membuatnya takjub. Begitu terkesimanya, ia kemudian mencari muasal kopi yang nikmat itu.

Ia melakukan perjalanan mencicipi kopi di berbagai wilayah nusantara. Dari Aceh hingga Toraja. Tapi baru ia temukan kopi yang sama dengan yang dicicipinya di Italia, saat sampai di Bondowoso. Ia kemudian menjadi pembeli tetap produk kopi dari Bondowoso.

Kopi Arabica khas Bondowoso telah mendapat pengakuan dunia internasional. Bahkan, sepertiga dari produksi kopi Arabica Java Ijen Raung asal Bondowoso telah menembus pasar Eropa.

Baca: Lima Kafe di Perth yang Wajib Dikunjungi Pecinta Instagram 
   
“Kopi ini di tanam di atas ketinggian 1000 mdpl. Dari ketinggian tersebut, maka kopi yang dihasilkan pun mempunyai cita rasa yang berbeda dengan cita rasa kopi arabika yang lainnya yang banyak tersebar di seluruh wilayah di Indonesia,” terang Herlin Setianingsih, salah seorang pegiat Kopi Bondowoso.

Kabupaten Bondowoso memang dikelilingi pegunungan. Ada pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen di sebelah timur. Selain itu, kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap berada di sebelah barat. Sementara, Gunung Alas Sereh, Gunung Biser, dan Gunung Bendusa di sisi utara.

Letak geografis yang demikian ini membuat Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 hingga 25,10 derajat celcius.

“Kondisi iklim Bondowoso yang sangat cocok untuk budi daya kopi ini pula yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan potensi kopi Bondowoso lebih besar lagi. Dan dijadikan sebagai program untuk menekan angka kemiskinan di Bondowoso,” ujar Herlin.

Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebanyak 152.348 rumah tangga di Bondowoso masuk kategori pra-sejahtera. Sementara, rumah tangga yang bergerak di bidang pertanian mencapai 91.947 atau sekira 60 persen dari total rumah tangga pra-sejahtera. Mereka tersebar di 3 kecamatan dan 25 desa.
Herlin Setianingsih, salah seorang pegiat Kopi Bondowoso.

Karena itu, Bondowoso ditargetkan bisa menghasilkan kopi lebih banyak lagi. Berdasarkan data, produksi kopi Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang menghasilkan 2,7 juta ton kopi per hektar dengan total luas kebun kopi hanya 630.000 hektar. Sementara Indonesia yang memiliki total kebun kopi seluas 1,2 juta hektar, produktivitas Indonesia hanya 500 kilogram per-hektar.

Rasa dari varian Kopi Bondowoso yang unik, menurut Herlin, menjadikan Kopi Bondowoso bisa mudah memikat para penikmat kopi hingga mancanegara.

“Bahkan, kita memiliki varian honey yang banyak disukai kaum perempuan. Rasanya manis ada aroma coklatnya. Selain itu, jika diolah dengan metode tertentu, kopi Arabica Java Raung bisa memunculkan rasa mint,” papar Herlin.

Sejak awal abad ke-19, Bondowoso memang lekat dengan sejarah perkopian nusantara. Kini, potensi kopi kembali dijadikan sandaran untuk bisa mengangkat harkat dan martabat masyarakat Bondowoso.
kopi bondowoso

“Kerjasama baik yang sudah terjalin dari berbagai pihak, Puslitkoka, Asosiasi Petani Kopi, perbankan, dan lainnya, harus terus terjaga dan ditingkatkan. Agar tingginya branding kopi Bondowoso bisa turut memberi dampak positif makin luas bagi masyarakat Bondowoso,” tandas Herlin.//cw 



LihatTutupKomentar