iklan jual beli mobil

Gejala Awal Kanker Payudara Tidak Selalu Sama. Biopsi dan Treatment Medis Patahkan Mitos

ciri kanker payudara sembuhAjeng Stephanie

Bagaimana upaya mendeteksi dini kanker dan peran komunitas penyintas kanker. Ajeng Stephanie seorang penyintas kanker mengatakan kita sebetulnya tidak bisa menolak kanker, tapi kita bisa menciptakan bahagia.


Penyintas kanker adalah orang yang terkena kanker baik yang sedang pengobatan maupun yang telah menyelesaikan pengobatannya.

#kankerpayudara #kankerpayudarasembuh

Jadi kita akan sangat beruntung jika bisa mendeteksi kanker secara dini. Itu adalah salah satu bentuk sayang kita terhadap diri kita sendiri. Kita bisa bersama-sama khususnya para wanita mendeteksi kanker payudara dengan melakukan SADARI yaitu periksa payudara sendiri, dan SADANIS yaitu periksa payudara secara klinis.

Baca: Picu Kanker dan Stunting pada Anak, Konsumsi Rokok Malah Naik di Masa Pandemi

Bagi yang ingin tahu seputar kanker payudara atau bagaimana kiat-kiat melewati treatment kanker payudara, atau mungkin banyak dari wanita yang masih merasa malu karena terdiagnosa kanker payudara, bisa cerita kepada survivor dan warrior kanker. Salah satunya bisa melalui komunitas penyintas kanker Lovepink Indonesia di Instagram @lovepinkindonesia, bisa direct message atau bisa mampir di web www.lovepinkindonesia.org.

Berikut wawancara kolom Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Ajeng Stephanie.

Selain pandemi COVID-19, satu persoalan kesehatan yang sangat mengkhawatirkan di dunia adalah kanker. Kanker dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Kanker dengan keragaman jenisnya dapat juga menyerang tanpa memandang status sosial. Jadi kami ingin tahu, bagaimana awal mengetahui bahwa Anda terkena kanker?

Salam kenal semuanya. Saya Ajeng Stephanie, ibu rumah tangga dengan satu putra. Saya adalah seorang survivor kanker payudara sejak 2018. Di sini saya akan berbagi cerita dan kisah perjuangan saya melawan kanker payudara. Saat itu pada awal Maret 2018 saya baru selesai menyusui. Di situ saya merasa atau teraba ada benjolan, saat itu saya berpikir wajar karena sepertinya ini adalah kelenjar susu, pikir saya.

Lebih kurang satu minggu kemudian, saya merasa masih teraba benjolan tersebut. Di inner cycle atau keluarga besar kami tidak ada sejarah terkena kanker payudara, jadi saya mencoba mencari tahu melalui internet. Saya coba cari tahu ciri-cirinya dan faktor pemicu kanker payudara. Di situ saya melihat ada sekitar 12 ciri, dan beberapa diantaranya adalah payudara mengeras, ada benjolan atau luka tumbuh ke luar, ada cekung, kemerahan, ke luar cairan, dan sebagainya.

Saya merasa tidak related dengan kondisi saat itu karena kondisi saya masih baik-baik saja. Dari ke 12 ciri yang saya baca itu, hanya satu yang ada pada diri saya yaitu ada benjolan teraba. Kemudian saya mencari tahu apa faktor pemicunya, salah satunya adalah suntik hormon, suntik KB, atau tidak menyusui.

Dari beberapa faktor pemicu tersebut, saya tidak suntik KB, saya tidak pakai hormon, dan saya menyusui. Jadi seperti terbantahkan. Ditambah saat itu saya tidak tahu harus tanya kemana, dan saya makin bingung. Akhirnya suami menyarankan untuk kita periksa saja ke dokter.

Saya melakukan Ultrasonografi (USG) dan dari hasil USG terlihat gambar bentuk seperti awan padat dan dicurigai mengarah ke arah keganasan atau kanker. Kemudian naik kelas pemeriksaannya dengan biopsi, di situ saya menggunakan jarum halus. Dari biopsi itulah tegak diagnosa bahwa dokter mengatakan ini kanker payudara. Jadi seperti itu awal ceritanya.

Kami ingin tahu, mengapa setelah Anda mendapatkan diagnosis medis atau dokter bahwa terkena kanker kemudian memilih pengobatan secara medis karena yang kami tahu banyak juga masyarakat yang memilih pengobatan di luar medis?

Saya mengambil pengobatan medis karena saya yakin saat ini tenaga kesehatan atau medis sudah berada di titik yang terbaik. Dengan medis, kita bisa melakukan tindakan-tindakan mulai dari biopsi, operasi, hingga kemoterapi yang sudah masuk dalam ranah jalurnya pengobatan kanker payudara tersebut. Jadi sama sekali tidak terlintas untuk melakukan pengobatan-pengobatan alternatif di benak saya saat itu.

Pada pengobatan medis, di masyarakat banyak info yang tidak tepat atau isu-isu yang tidak berdasar bahwa pengobatan kanker menyebabkan efek negatif pada tubuh bagian - bagian tertentu. Mengapa Anda tidak takut pada saat menjalani pengobatan secara medis?

Memang stigma negatif tentang kanker dan kemoterapi itu sudah beredar luas di masyarakat. Kebetulan saat itu saya sudah bergabung dengan salah satu komunitas. Jadi ketika saya terdiagnosa kanker payudara, saya bertemu dengan komunitas yang sampai saat ini saya bersama dengan komunitas tersebut, yaitu “Lovepink”.

Mereka banyak memberikan informasi-informasi tentang pengobatan kanker, tentang stigma-stigma dan mitos-mitos yang beredar. Di situ saya juga ikut belajar dan mencoba mencari tahu.

Jadi bukan hanya sekadar saya mendengar omongan orang, saya baca, tapi saya juga mencari tahu bahwa lebih logis pengobatan yang kita lakukan dengan dokter karena semua jelas mulai dari hasil laboratoriumnya dan segala macam, sehingga saya lebih percaya diri untuk melanjutkan pengobatan kanker ini melalui jalur medis.

Bagaimana sekarang status kanker Anda setelah menjalani pengobatan, dan berapa lama pengobatan Anda waktu itu?

Sejak diagnosa tersebut dokter menyarankan untuk melakukan tindakan operasi, kemudian 6 kali kemoterapi dan 16 kali radiasi. Ada lagi relapse pada 2020 kemarin. Relapse itu kankernya muncul kembali, kali ini pindah tempat, yang sebelumnya di sebelah kanan, kali ini di payudara sebelah kiri.

Baca: Bahaya Nekat Pakai Styrofoam, ASI dan Janin pun Bisa Tercemar

Akhirnya singkat cerita saya melakukan treatment ulang. Jadi total keseluruhan hingga treatment berakhir, saya menjalankan 22 kali kemoterapi, lebih dari 3 kali operasi dan 40 kali radiasi. Jadi pengobatannya memang lumayan cukup lama, sekitar satu tahun berjalan.

Apa yang membuat Anda patuh dengan pengobatan medis yang begitu lama dan beberapa kali, serta kuat dalam menjalani pengobatan ini?


Satu hal sebetulnya, saya mau sembuh. Saat itu saya berpikir, kenapa kita harus menyerah? Selama manusia masih hidup, selama itu juga kita harus berjuang. Walaupun misalnya kita hanya punya satu payudara atau tidak punya sama sekali karena kita melawan kanker, kita tetap kodratnya sebagai wanita.

Jadi saya tidak takut sama sekali dengan kemoterapi, efek samping kemoterapi, dengan radiasi dan efek sampingnya juga. Jadi semua kita jalani dengan hati yang gembira saja.

Bagaimana status kanker Anda sekarang?

Jadi setelah semua treatment saya berakhir di awal Januari kemarin, saya sudah cek laboratorium dan hasilnya sudah baik. Tidak ada keganasan lagi secara laboratorium. Tapi kita sebagai survivor atau warrior kanker payudara atau kanker apapun tetap melakukan pemeriksaan setiap tiga bulan sekali secara rutin.

Jadi bertahap tiga bulan, kemudian enam bulan, kemudian satu tahun dan per tiga tahun sekali.

Menurut Anda, apa kunci penting dari keberhasilan pengobatan kanker Anda? Apakah dari deteksi dini, pengobatan lebih dini, dan sebagainya?

Betul, kalau untuk kanker sebetulnya kita tidak bisa menolaknya tapi kita bisa menciptakan bahagia. Jadi kita akan sangat beruntung jika bisa mendeteksi kanker secara dini. Itu adalah salah satu bentuk sayang kita terhadap diri kita sendiri.

Kita bisa bersama-sama khususnya para wanita mendeteksi kanker payudara dengan melakukan SADARI yaitu periksa payudara sendiri, dan SADANIS yaitu periksa payudara secara klinis.

Kini sudah banyak komunitas-komunitas kanker yang menyuarakan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Sekarang kembali lagi ke kita, jika kita sudah tahu informasi ini, bagaimana kita menerapkannya terhadap diri kita sendiri. Kunci utamanya adalah ikhlas, sabar dan tetap bahagia.

Perlu dicatat untuk pembaca bahwa deteksi dini penting untuk pengobatan kanker. Jadi jangan lupa untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan dini.

Tadi Anda juga mengatakan dalam pengobatan Anda ditemani oleh teman-teman survivor atau warrior kanker, mengapa Anda akhirnya juga ikut memutuskan untuk bergabung dengan mereka?

Itu karena saya sadar bahwa kanker adalah pembunuh wanita nomor satu saat ini. Fakta yang beredar, satu dari delapan wanita itu berisiko terkena kanker payudara.

Karena itu saya bersama dengan teman-teman di komunitas setuju untuk terus menyuarakan pentingnya deteksi dini kanker payudara. Saya merasa komunitas ini punya peranan penting untuk terus menyuarakan hal-hal yang seperti ini.

Kini Ajeng Stephanie aktif di komunitas penyintas kanker. Apa saja kegiatan dari komunitas penyintas kanker ini?

“Lovepink” adalah komunitas yang bersama saya saat ini. Terbentuk pada 2012. Kita mempunyai visi agar dunia terbebas dari kanker payudara stadium lanjut. Misinya juga untuk meningkatkan kesadaran dan menghilangkan stigma-stigma negatif seputar kanker payudara.

Kita punya aktivitas yaitu kegiatan sosialisasi. Jadi seputar tanda-tanda dan bagaimana pengobatan kanker payudara ini, serta deteksi dini dan screening payudara secara berkala. Kami pun sering melakukan Pink Talk, seperti seminar atau webinar, bisa melalui Instagram live, biasanya kita sebut dengan Pinkstagram.

Baca: Kemenkes Larang Vape, Vaporizer Minta Pemerintah Lakukan Kajian Lebih Detail

Setiap Oktober biasanya kami mengadakan acara Pink Walk atau Pink Run. Sayangnya, di tahun ini kita mengadakannya secara virtual. Kita biasanya memperingati Oktobreast. Oktober adalah bulannya kanker payudara.

Sebelum pandemi biasanya kami melakukan dukungan moral kepada pasien dengan melakukan visiting. Kita mendatangi mereka yang sedang kemoterapi, on treatment, memberikan dukungan moral supaya mereka tetap semangat menjalani treatment.

Apakah memungkinkan melakukan kunjungan untuk pendampingan di masa pandemi COVID-19?

Di masa pandemi ini kami dengan terpaksa hanya bisa melalui virtual seperti WhatsApp. Jadi, secara otomatis kami sebagai anggota dari Lovepink terbentuk aktifitas yang saling mendukung teman-teman yang terlihat kurang bersemangat menjalani treatment.

Kita yang di Jakarta mendukung teman-teman yang ada di sekitar kita. Kemudian ada juga yang di Bandung, Surabaya, Yogya, Jombang. Kebetulan anggota Lovepink sudah tersebar di Indonesia. Jadi lumayan untuk bisa menyemangati dari kami masing-masing.

Kantor Lovepink ada di berapa provinsi? Apakah semua anggotanya hanya wanita, dan apakah pria bisa bergabung untuk menjadi anggota?

Kalau untuk menjadi anggota Lovepink, memang Breast Cancer saat ini kebetulan semua wanita. Tapi tidak menutup kemungkinan, satu dari seratus pria bisa terkena kanker payudara. Jadi memang semua sebetulnya berisiko. Tapi sejauh ini Lovepink semua kebetulan wanita dan sudah tersebar di lima kota besar di Indonesia juga.

Jika seseorang, katakanlah baru terkena kanker dan butuh pendampingan, apakah ketika menghubungi Lovepink akan dikenakan biaya atau free untuk pendampingan?

Kalau untuk pendampingan dari Lovepink tidak dikenakan biaya sama sekali, tidak ada biaya sama sekali. Kami memang tergerak dari hati kami sebagai bentuk sayang kita terhadap semua perempuan. Kami memang saling bahu-membahu, terus menyuarakan, dan terus mendampingi tanpa biaya sedikit pun.

Bagi yang ingin tahu seputar kanker payudara atau bagaimana kiat-kiat melewati treatment kanker payudara, atau mungkin banyak dari wanita yang masih merasa malu karena terdiagnosa kanker payudara, bisa cerita sama kita. Bisa melalui Instagram @lovepinkindonesia, bisa direct message atau bisa mampir di web kita juga di www.lovepinkindonesia.org.

Jadi bagi siapa saja yang membutuhkan informasi dan pendampingan dari Lovepink silakan menghubungi kontak tersebut.

Kegiatan lovepink pasti membutuhkan biaya, walaupun tidak dikenakan biaya kepada orang yang minta pendampingan. Lalu, dari mana biaya tersebut didapat?

Kami mendapatkankan support. Selain dari volunteer, juga dari banyak kegiatan-kegiatan yang kami lakukan, salah satunya penjualan merchandise. Kemudian dari donasi-donasi yang diberikan. Kami juga membuka donasi jika ada yang ingin memberikan donasi berupa transfer, seperti itu juga ada.

Kalau untuk donasi, bisa melalui BCA Equity Tower SCBD, atas nama Yayasan Daya Dara Indonesia dengan nomor rekening 0063928787.

Kebetulan Lovepink punya mobil untuk memeriksakan kanker payudara. Jadi sebelum pandemi, kita pun juga ada aktivitas untuk pemeriksaan kanker payudara. Donasi tersebut lah yang membantu kita untuk tetap menjalankan visi dan misi kita.

Apakah bisa disebutkan rute mobil untuk deteksi dini ini ke mana saja?

Biasanya kita mengadakan seminar. Di seminar tersebut kita mengadakan USG gratis dengan mobil van tersebut. Beberapa tempat juga kita datangi untuk wilayah-wilayah yang masih terjangkau dengan mobil van tersebut. Misalnya ke daerah Tangerang atau Bogor, kita mengadakan pemeriksaan USG gratis dengan mobil van tersebut, milik Lovepink.

Kita tahu dalam pengobatan kanker itu membutuhkan biaya yang besar. Apakah komunitas penyintas kanker Lovepink juga bisa membantu bagi kaum perempuan yang terkena kanker dalam hal pembiayaan pengobatannya, atau hanya pendampingannya saja?

Lovepink hanya fokus pada pendampingan pasien. Kalau untuk pengobatan, kami hanya bisa merekomendasikan alur-alur bagaimana caranya menggunakan BPJS, apa yang harus dilakukan jika awal terdiagnosa, dan lebih ke secara moral saja, tidak materi.
gejala kanker payudara stadium
LihatTutupKomentar