iklan jual beli mobil

Single Folk Ballad Etnik 'Senandung Penantian' oleh Guruh Dhiemas Merambah Jiwa Pendengar

guruh dhiemas

Surabaya, Suarajatim.com - Guruh Dhiemas secara resmi meluncurkan single perdana yang diberi judul "Senandung Penantian." Karya ini diproduksi oleh Pink Studio Recording, dengan video klipnya dikerjakan oleh Julian Romadhon.

Lagu ini memiliki genre folk ballad dengan elemen etnik yang kental terutama dalam melodi. "Senandung Penantian" dimulai dengan suara kereta api dan diikuti dengan intro yang penuh perasaan.

Melodi lagu ini penuh variasi dan tidak mudah ditebak. Ada perbedaan dalam beberapa bagian, namun kembali lagi pada nadanya yang dikenal sebagai Refrain di akhir lagu. Seperti mengisahkan kerinduan atau kenangan yang mendalam dan luas. Terkadang kenangan, terutama yang begitu kuat, akan kembali datang ke pikiran.

Guruh menjelaskan dalam peluncuran di Rumah Budaya Rakyat bahwa ia memberikan kebebasan kepada para seniman lain untuk menginterpretasikan single ini. Julian Romadhon, yang menggarap video klip "Senandung Penantian," serta Robets Bayoned dan Luntas yang membuat pementasan ludruk mini, semuanya mendapat ruang untuk berkreasi. Acara peluncuran juga menyertakan pemutaran perdana video klip "Senandung Penantian" dan pertunjukan ludruk berjudul sama yang disutradarai oleh Robets.

Dalam video klipnya, Julian melibatkan beberapa aktor, termasuk penulis Heti Palestina Yunani, pengusaha Hisyam Kumkelo, Sahtanta Eka dari Pink Studio, dan anggota dari Luntas. Syuting dilakukan di Stasiun Gubeng dan Rumah Budaya Rakyat, Surabaya.

Julian menginterpretasikan "Senandung Penantian" sebagai kisah kerinduan sepasang kekasih yang telah lama tidak bertemu. Dalam video klip tersebut, mereka bertemu kembali dan melepaskan kerinduan dengan pelukan.

Di sisi lain, Robets mengartikan lagu ini sebagai kisah antara seorang anak laki-laki dan perempuan yang telah berteman sejak kecil. Setelah terpisah untuk sementara waktu, mereka bertemu lagi sebagai remaja dan mencoba menjaga hubungan mereka meskipun dihadang banyak hal.

Guruh menjelaskan bahwa sebenarnya "Senandung Penantian" adalah tentang spiritualitas pribadinya. Ia menggunakan kata-kata dalam lirik sebagai simbol-simbol semata, mewakili hubungan transendental antara dirinya dan semesta.

Kata-kata seperti kereta, melaju, dan laju merepresentasikan perjalanan dalam pencarian aspek spiritualitas. Ketenangan dan pencapaian dalam hal spiritualitas memerlukan pencarian dan pemahaman yang mendalam. Lirik seperti "Di kalbumu pernah ku titipkan cerita/Di sela peraduan senja/Kini akan kuambil kembali" menggambarkan pergantian antara siang dan malam, mencerminkan dualitas dalam kehidupan manusia.

Guruh juga merujuk pada makna lain dalam liriknya, seperti merajut parasmu dalam kata-kata untuk menggambarkan keajaiban semesta, dan "Hingga tiba saat kita berjumpa" yang menggambarkan kerinduan terhadap pencapaian manunggal antara jagad makrokosmos dan mikrokosmos dalam diri manusia.

Meskipun latar lagunya berfokus pada senja dan perjalanan, Guruh menolak disebut sebagai "Lagu Senja." Ia menjelaskan bahwa lagu ini mencerminkan perjalanan spiritualnya, tetapi dikemas dengan sentuhan romantis agar dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.

"Senandung Penantian" mendapat berbagai tanggapan positif, menggambarkan suasana tempo dulu dan memberikan kesimpulan tentang kebahagiaan yang hakiki dari bertemu dengan orang-orang tercinta. Para seniman, sastrawan, dan tokoh publik memberikan apresiasi atas karya ini.

LihatTutupKomentar