SUARAJATIM - PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM) menggelar Seleksi Penghargaan Karya Inovasi (SPKI) pada 19-20 Mei 2025. Kegiatan ini difokuskan pada identifikasi solusi inovatif dari karyawan untuk mengatasi tantangan operasional dan mendukung percepatan Program Transformasi 2.0.
Sebanyak 22 tim dari Unit Pelaksana Transmisi dan Unit Induk bersaing dalam empat kategori: Transmisi, Technical Supporting, Aplikasi, dan Proses Bisnis Manajemen. Setiap kategori menargetkan masalah spesifik, seperti peningkatan keandalan infrastruktur, optimalisasi teknologi pendukung, digitalisasi layanan, dan penyederhanaan prosedur manajemen. Pada hari pertama, seluruh tim memaparkan solusi mereka di hadapan dewan juri, sementara hari kedua diisi pengumuman pemenang.
SPKI menjadi strategi PLN UIT JBM untuk menjawab kompleksitas tantangan dalam Program Transformasi 2.0, yang bertujuan membawa PLN masuk jajaran Top 500 Global Company. Program ini menekankan empat pilar: Growth Monshoots (ekspansi bisnis), Digital Monshoots (transformasi digital), Net Zero Emission Monshoots (dekarbonisasi), dan Monshoots Launchpad (pengembangan ekosistem inovasi). Karya inovasi karyawan diharapkan menjadi solusi konkret guna mengatasi hambatan teknis, administratif, dan lingkungan.
Handy Wihartady, General Manager PLN UIT JBM, menjelaskan urgensi kolaborasi dalam menciptakan solusi. “Tantangan operasional semakin kompleks, mulai dari pemeliharaan infrastruktur, adaptasi teknologi, hingga tuntutan transisi energi. Melalui SPKI, kami mendorong karyawan untuk tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi yang aplikatif,” ujarnya saat membuka acara.
Ia menambahkan, “Inovasi yang dihasilkan harus menjawab kebutuhan nyata di lapangan. Misalnya, alat pendeteksi gangguan transmisi berbasis AI atau sistem digitalisasi laporan yang memangkas waktu kerja. Solusi ini akan menjadi kunci mencapai efisiensi dan keandalan operasional, syarat utama menuju target Transformasi 2.0.”
Kategori Proses Bisnis Manajemen menjadi sorotan, mengingat perlunya penyederhanaan birokrasi internal. Salah satu tim mengusung platform integrasi data untuk memangkas durasi penyusunan laporan dari 3 hari menjadi 4 jam. Sementara di kategori Transmisi, sebuah tim memperkenalkan alat pemantau kualitas isolator berbasis IoT untuk mencegah pemadaman.
SPKI 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga mekanisme sistematis PLN UIT JBM dalam mengakselerasi problem solving. Karya terbaik akan diimplementasikan secara nasional, disertai pendanaan dan pendampingan tim inovasi. Langkah ini sejalan dengan visi Transformasi 2.0 yang menempatkan inovasi sebagai driver utama peningkatan daya saing.
“Kami ingin setiap unit memiliki budaya ‘problem solving’ melalui pendekatan teknologi dan kolaborasi. Dengan demikian, transformasi tidak hanya jadi jargon, tetapi terwujud dalam langkah operasional sehari-hari,” tegas Handy.
Melalui SPKI, PLN UIT JBM memperkuat komitmennya dalam membangun ekosistem inovasi berkelanjutan. Solusi yang dihasilkan diharapkan menjadi fondasi untuk menghadapi dinamika sektor energi, sekaligus memastikan kesiapan perusahaan mencapai target netral karbon dan posisi sebagai pemain global.
![]() |
Penyerahan hadiah oleh GM UIT JBM (kemeja putih) kepada pemenang kategori Transmisi |
SPKI menjadi strategi PLN UIT JBM untuk menjawab kompleksitas tantangan dalam Program Transformasi 2.0, yang bertujuan membawa PLN masuk jajaran Top 500 Global Company. Program ini menekankan empat pilar: Growth Monshoots (ekspansi bisnis), Digital Monshoots (transformasi digital), Net Zero Emission Monshoots (dekarbonisasi), dan Monshoots Launchpad (pengembangan ekosistem inovasi). Karya inovasi karyawan diharapkan menjadi solusi konkret guna mengatasi hambatan teknis, administratif, dan lingkungan.
Handy Wihartady, General Manager PLN UIT JBM, menjelaskan urgensi kolaborasi dalam menciptakan solusi. “Tantangan operasional semakin kompleks, mulai dari pemeliharaan infrastruktur, adaptasi teknologi, hingga tuntutan transisi energi. Melalui SPKI, kami mendorong karyawan untuk tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi yang aplikatif,” ujarnya saat membuka acara.
Ia menambahkan, “Inovasi yang dihasilkan harus menjawab kebutuhan nyata di lapangan. Misalnya, alat pendeteksi gangguan transmisi berbasis AI atau sistem digitalisasi laporan yang memangkas waktu kerja. Solusi ini akan menjadi kunci mencapai efisiensi dan keandalan operasional, syarat utama menuju target Transformasi 2.0.”
Kategori Proses Bisnis Manajemen menjadi sorotan, mengingat perlunya penyederhanaan birokrasi internal. Salah satu tim mengusung platform integrasi data untuk memangkas durasi penyusunan laporan dari 3 hari menjadi 4 jam. Sementara di kategori Transmisi, sebuah tim memperkenalkan alat pemantau kualitas isolator berbasis IoT untuk mencegah pemadaman.
SPKI 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga mekanisme sistematis PLN UIT JBM dalam mengakselerasi problem solving. Karya terbaik akan diimplementasikan secara nasional, disertai pendanaan dan pendampingan tim inovasi. Langkah ini sejalan dengan visi Transformasi 2.0 yang menempatkan inovasi sebagai driver utama peningkatan daya saing.
“Kami ingin setiap unit memiliki budaya ‘problem solving’ melalui pendekatan teknologi dan kolaborasi. Dengan demikian, transformasi tidak hanya jadi jargon, tetapi terwujud dalam langkah operasional sehari-hari,” tegas Handy.
Melalui SPKI, PLN UIT JBM memperkuat komitmennya dalam membangun ekosistem inovasi berkelanjutan. Solusi yang dihasilkan diharapkan menjadi fondasi untuk menghadapi dinamika sektor energi, sekaligus memastikan kesiapan perusahaan mencapai target netral karbon dan posisi sebagai pemain global.