BKKBN: Bonus Demografi Akan Jadi Beban Tanpa Kesiapan Lapangan Kerja

SUARAJATIM - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN/Kemendukbangga) Provinsi Jawa Timur menggelar diskusi bersama puluhan wartawan, Jumat (20/6), di Sambang Cafe, Surabaya. Acara bertema "Analisis Tenaga Kerja Menyongsong Bonus Demografi" ini menekankan pentingnya kesiapan lapangan kerja dan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengubah peluang demografi menjadi kekuatan ekonomi.
Diskusi tentang bonus demografi dihadiri jajaran Kemendukbangga/BKKBN antara lain Dra. Maria Ernawati, M.M. (Kaper), Ghana Renaldi Pasca Surya, S.H., M.Ak (Sekretaris Perwakilan), Ketua IPADI Jatim Ahmad Sjafi'i, SE.,ME, Moderator Taufik Daryanto, S.Psi., M.Sc. dan Humas Iwan Yulianto, S.Pd., M.Si.
Kepala BKKBN/Kemendukbangga Jatim, Dra Maria Ernawati, MM, menyatakan pengendalian kuantitas penduduk di Jawa Timur sudah mencapai target. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Total Fertility Rate (TFR) provinsi ini mencapai 1,97. Artinya, rata-rata perempuan hanya melahirkan dua anak.

Namun, Maria mengingatkan, keberhasilan ini harus diikuti persiapan matang menghadapi bonus demografi. "Bonus demografi bukanlah hadiah yang datang begitu saja, tetapi peluang yang harus dimanfaatkan dengan perencanaan matang," tegasnya. Ia menambahkan, "Namanya bonus, tidak selalu jadi hal positif kalau tidak kita persiapkan. Justru bisa menjadi hambatan bagi pembangunan jika tidak dikelola dengan baik."

Tantangan SDM dan Lapangan Kerja

Data BPS menunjukkan peningkatan signifikan penduduk usia kerja di Indonesia: dari 206,71 juta (2021) menjadi 212,59 juta (2023). Sayangnya, 54,59% angkatan kerja hanya berpendidikan SMP ke bawah, sementara lulusan diploma (2,42%) dan sarjana (10,31%) masih minoritas. Kondisi ini berpotensi menghambat pemanfaatan bonus demografi.

Sekretaris Perwakilan BKKBN Jatim, Renaldi Pasca Surya, SH MAk, menjelaskan bahwa rendahnya kualifikasi pendidikan berbanding lurus dengan daya saing tenaga kerja. "Pasar kerja global menuntut keahlian spesifik. Tanpa peningkatan keterampilan, angkatan kerja melimpah justru memicu pengangguran," ujarnya.

Maria Ernawati mendorong media berperan aktif menyosialisasikan pentingnya pembangunan keluarga dan kesiapan SDM menuju Indonesia Emas 2045. "Saya harap awak media bisa menuliskan sisi positif bonus demografi dan bagaimana mempersiapkan SDM sejak dini," ajaknya.

Ia juga menyebut transformasi kelembagaan BKKBN memperluas tanggung jawab. "Rumah kita sekarang lebih besar. Fokus hanya dua: kependudukan dan pembangunan keluarga," tuturnya.

Diskusi diikuti 40 wartawan dari berbagai media, termasuk Ketua Ikatan Penulis dan Jurnalis Daerah (IPADI) Jatim, Ahmad Sjafi’i, SE ME. Menurutnya, kolaborasi pemerintah dan media penting untuk menyampaikan urgensi ini kepada publik.

Bonus demografi diperkirakan puncaknya terjadi pada 2030–2040. Tanpa lapangan kerja memadai dan SDM kompeten, struktur penduduk dominan usia produktif berisiko menjadi beban ekonomi. Saat ini, 7,86 juta orang termasuk pengangguran terbuka.

"Generasi muda adalah penentu kemajuan Indonesia. Mereka perlu disiapkan menghadapi dinamika pasar kerja yang terus berubah," pungkas Maria.
LihatTutupKomentar