SUARAJATIM - Pemanfaatan bensin ber-etanol mulai mendapat ruang di pasar otomotif Indonesia seiring dorongan pemerintah memperluas bahan bakar nabati seperti E5 dan E10. Di tengah transisi itu, Peugeot menjadi salah satu merek yang melihat peluang teknis sekaligus keuntungan praktis bagi para pemilik mobilnya.
![]() |
| Sistem bahan bakar Peugeot memanfaatkan tangki plastik HDPE yang tahan terhadap efek etanol. |
“Semua kendaraan Peugeot yang diproduksi sejak tahun 2000 sudah dirancang kompatibel dengan bahan bakar ber-etanol. Contohnya model SUV seperti Peugeot 2008, 3008, dan 5008 yang menggunakan tangki plastik—sudah siap memakai bahan bakar ber-etanol seperti Pertamax Green 95 di Indonesia. Jadi konsumen tidak perlu khawatir dengan kebijakan pemerintah menuju kemandirian energi nasional,” ujar Fadjar Tjendikia, Head of After Sales Astra Peugeot.
Kompatibilitas tersebut tidak hanya bertumpu pada tangki plastik. Peugeot juga menggunakan saluran bahan bakar, pompa, serta seal karet yang dikembangkan untuk tahan terhadap campuran etanol. Kombinasi itu meningkatkan keamanan sistem bahan bakar ketika mobil menggunakan E5 atau E10.
Keuntungan lain terletak pada karakter mesin Peugeot yang mayoritas memakai rasio kompresi tinggi. Mesin seperti ini membutuhkan bahan bakar beroktan besar agar pembakaran lebih stabil. Kehadiran bensin ber-etanol dengan oktan tinggi menjadikannya pilihan yang sesuai untuk performa optimal.
“Jika benar pemerintah akan menghadirkan bahan bakar ber-etanol E10, sudah pasti mobil Peugeot akan semakin ramah lingkungan karena emisi CO bisa ditekan lebih rendah. Dengan angka oktan yang lebih tinggi pula, performa mesin Peugeot dengan kompresi tinggi bisa semakin optimal,” tambah Fadjar.
Pemilik mobil diimbau memeriksa penjelasan mengenai kompatibilitas bahan bakar melalui label di tutup tangki atau buku manual. Konsultasi ke bengkel resmi Astra Peugeot juga membantu memastikan kesesuaian bahan bakar agar mobil tetap mendapat perlakuan yang tepat.

