Kesaksian Untung Sangaji: Baku Tembak dengan Teroris Terlatih

  • Enam tahun lalu, tepatnya 14 Januari 2016 terjadi peristiwa bom Sarinah yang menggemparkan Jakarta. 
  • Salah satu yang menjadi sorotan kala itu adalah aksi heroik AKBP Untung Sangaji yang berhasil melumpuhkan para teroris. 
  • Lewat Instagramnya, Untung kembali menceritakan hari menegangkan yang tak akan pernah dilupakannya itu.

Suarajatim.com - Polisi penembak teroris pada peristiwa teror Sarinah-Thamrin Jakarta, AKBP Untung Sangaji, mengenang hari menegangkan tersebut. Lewat laman Instagramnya @untung.sangaji, ia menceritakan kembali secara detil kejadian nahas 14 Januari 2016 silam.


Selasa pagi itu, Untung berangkat dari rumahnya setelah sarapan dan berpamitan pada sang istri. "Istri sudah tahu benar tugas beta hari itu. Karena melihat kesiapan beta yang harus bersiaga penuh setelah teror muncul pada gereja-gereja dan masjid-masjid di Jakarta," tulisnya sebagai pembuka.


Kala itu, sedang ramai-ramainya berita ancaman teror bom ISIS. Untung bertugas mengamankan situasi di luar ring Istana Presiden sehingga harus melakukan pengamanan strategi di dalam kota dengan tim.


"Sesaat sebelum kejadian, beta dengan tim sedang ngopi dan merokok di Walnut Bakery and Cafe. Baru saja menyeruput kopi setengah cangkir, tiba-tiba ada bunyi ledakan pertama, ledakan kedua, dan menyusul di depan pos penjagaan lalu lintas depan Sarinah beberapa menit kemudian," kisahnya.


Saat itulah Untung langsung mengambil Megasin sambil menelepon atasannya. Ia mendapat perintah untuk terus melaksanakan tugas sesuai keahlian yang dimiliki sambil menunggu pasukan lainnya datang.

"Kami mulai bergerak ke pos penjagaan lalu lintas Thamrin. Ternyata sudah ada korban di dalam. Kami angkat ke mobil. Tak lama, banyak orang mengelilingi kami. Bukan bantu angkat korban, tapi malah selfie-selfie," terang Untung.


Ketika Untung sedang sibuk menolong korban, penembakkan terjadi lagi. Kali ini mengenai dua polisi dan satu sipil. Untung bergegas memburu pelaku penembakkan. Tak disangka, pelaku melemparkan bom.


"Beta ada tujuh megasin. Satu terpasang, enam di pinggang. Beta pegang senjata tua, Special Infinity 1911. Kontak senjata dengan tersangka pun terjadi. Tidak lama. Kalau saya hitung dengan jam, itu 11menit 45 detik," 

Untung juga menegaskan bahwa para pelaku adalah orang-orang terlatih. "Mereka terlatih. Dia santai bawa bom di tasnya. Pelaku satunya juga bawa, tapi kecil-kecil untuk dilemparkan," tulis Untung.


Lebih lanjut Untung menceritakan bahwa si pelaku ngumpet di belakang mobil. "Senjata yang beta pakai itu bisa tembus dua mobil. Jadi ketika beta tembak, kena bodi mobil dan tembus kena lututnya."


Untung menjelaskan bahwa jarak antara dirinya dan pelaku kala itu tidak lah jauh. Hanya sekitar 15-20 meter saja. Di tangan kanan pelaku membawa senjata, dan bom di tangan kirinya. Namun pelaku terlihat bingung lari kesana kemari, hingga kemudian mereka berhadapan. 


"Tahu-tahu beta tinggal sendirian saat memburunya. Yasudah, beta 'layani' dengan baik. Setelah tembakan ke lutut itu, bom yang dia bawa jatuh. Beta langsung menembak bomnya sebelum meledak. Akhirnya meledak di tempat, hingga serpihannya kena sekitar," kata Untung.

Setelah tas para pelaku dibuka oleh tim Gegana, ditemukan bom berdiameter 20 cm dan panjang 40 cm. Jika meledak, bom tersebut bisa meledakkan ratusan meter di sekitarnya dengan serpihan yang akan bertebaran jauh ke mana-mana.


"Saat itu beta sudah tidak memikirkan keselamatan diri. Memang suda resiko. Lebih baik mati demi banyak orang, daripada banyak orang mati untuk kita. Itulah prinsip antiteror," ujar Untung.


Untung juga mengungkapkan ironi lain saat kejadian berlangsung. Ia mengatakan masyarakat sekitar malah asyik menonton adegan tembak menembak layaknya sedang menyaksikan pertunjukan Koboi. Padahal jelas-jelas sudah ada korban yang berjatuhan.


"Kalau teroris menganggap mereka akan masuk surga dengan membunuh banyak orang, kami ingin masuk surga karena menolong banyak orang," tutup Untung.

Seperti diketahui, peristiwa bom di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat atau dikenal sebagai peristiwa bom Sarinah terjadi 6 tahun lalu sekitar pukul 10.30 WIB. Bom pertama meledak di gerai Starbucks, Gedung Cakrawala.


Selang 20 menit kemudian, giliran pos polisi Sarinah yang diserang bom. Diketahui pelaku ada 7 orang. Dimana 3 orang tewas di Starbucks, dan 2 lagi di pos polisi Sarinah. Puluhan masyarakat sipil dan kepolisian terluka dan dilarikan ke rumah sakit.


Pengeboman itu berhubungan dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang didalangi Aman Abdurrahman, pentolan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

LihatTutupKomentar