iklan jual beli mobil

PLN Indonesia Power dan China Energy Sepakat Teliti Pengembangan Energi Hijau Besar di Sulawesi

Disaksikan oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (paling kanan) dan Board Chairman of CEEC, Song Hailiang (paling kiri), penandatanganan Perjanjian Studi Pengembangan Bersama (Joint Development Study Agreement/ JDSA) dilakukan oleh Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha (kedua dari kanan) dan Chairman of China Energy International Group, Lyu Zexiang (kedua dari kiri) di Jakarta pada (21/3).

Jakarta, Suarajatim.com - PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Indonesia Power telah menandatangani Perjanjian Studi Pengembangan Bersama (Joint Development Studi Agreement/JDSA) dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC) di Jakarta pada tanggal 21 Maret lalu. Kerjasama ini bertujuan untuk mengkaji proyek pengembangan energi hijau secara menyeluruh di wilayah Sulawesi.


Dalam penjelasannya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebutkan bahwa PLN, sebagai pemain utama dalam proses transisi energi di Indonesia, terus menjalin kerjasama dengan mitra baik dari dalam negeri maupun luar negeri guna mempercepat penggunaan energi baru terbarukan (EBT) secara luas. Langkah ini sejalan dengan agenda Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal.


"Penandatanganan kesepakatan ini menjadi momen penting mengingat bahwa dalam waktu dekat, Pemerintah bersama PLN akan merilis Rencana Usaha Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru. Di dalamnya akan diatur mengenai pembangunan pembangkit EBT dalam skala besar dan pembangunan jalur transmisi hijau yang menghubungkan berbagai pulau di Indonesia," kata Darmawan saat High-Level Business Meeting PLN-CEEC di Jakarta pada tanggal 21 Maret.


Lebih lanjut, Darmawan mengungkapkan bahwa dalam rancangan RUKN terbaru, direncanakan ekosistem EBT Indonesia akan terdiri dari pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 Gigawatt (GW) serta pembangkit berbasis surya dan angin sebesar 28 GW. Pengembangan jalur transmisi hijau dianggap krusial untuk mendistribusikan listrik hijau antarpulau.


"Terjadi ketidaksesuaian antara lokasi sumber energi hidro dan geothermal dengan pusat-pusat pemakaian energi. Oleh karena itu, diperlukan penghubungan antara Sumatera-Jawa, Kalimantan-Jawa, Nusa Tenggara Timur-Jawa, Kalimantan-Sulawesi, yang akan melibatkan proyek perancangan dan pengembangan jalur transmisi hijau yang besar," lanjut Darmawan.


Chairman of CEEC Group, Song Hailiang, menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mencapai target NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat. CEEC optimis karena telah memiliki sejarah kerjasama yang panjang dalam pengembangan EBT bersama PLN.


"Indonesia merupakan mitra penting bagi Tiongkok dalam upaya bersama untuk membangun dan memberikan kontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia," tutup Song. 

LihatTutupKomentar