Mengintip Penjaja Cinta Asal Indonesia di Kawasan Merah Hong Kong (2)

Sudut hiburan malam di Hongkong

Suarajatim.com- Gemulai sexy dancer di atas bar runway (sejenis meja di atas bar) tentu saja membuat suasana pesta malam itu makin meriah. “This the way we entertain my guests. Let’s enjoy the party tonight (Ini adalah cara kami meng-entertain tamu. Jadi nikmatilah pesta malam ini,” ajak Andrea kepada saya.

Selanjutnya geliat sexy dancer asal Philipina yang wajahnya imut-imut langsung memacu adrenalin setiap lelaki malam itu. Tampil dalam busana super mini, padanan hot skirt dan tank top warna silver keduanya meliuk-likkan tubuhnya, seirama dengan house music yang makin lama terdengar makin kencang.

Saat malam semakin larut, suasana menjadi semakin meriah. Dari kasak-kusuk para sosialista itulah, saya sempat mendapat informasi, tidak sedikit diantara para sexy dancer ini berasal dari Indonesia. Khususnya para TKW Hong Kong yang stay out (tinggal di luar rumah majikan).

Dan, jamaknya tempat-tempat macam ini, selalu ada perempuan-perempuan yang bisa diajak kencan sesaat. Beberapa di antaranya berasl dari Indonesia. Namun, untuk ‘mendapatkannya’ dibutuhkan kesabaran yang ekstra.

Sayangnya, malam itu saya tak berhasil menemui cewek asal Indonesia yang tengah beroperasi di kawasan tersebut. Justru cewek dan purel PL (Philipina) dan TL (Thailand) yang menjamur di sana. Mulai yang menjadi waiter (pelayan), GRO (Guest Relation Officer - pengantar tamu) sampai yang berprofesi sebagai penjaja cinta.

“Coba saja di Wanchai, mungkin mereka pada ke sana,” bisik seorang kawan. Letak Wanchai cuma beberapa kilomter dari Lan Kwai Fong. “Di sini kurang berani, di Wanchai lebih puas, ayo pindah!” tukas Rudi yang mengaku sudah hafal dengan dunia maksiat di bekas koloni Inggris itu. Hong Kong. 

Saat jam telah menunjuk pukul 2 dini hari waktu setempat, akhirnya perburuan dialihkan ke Wanchai, persisnya di sekitar Glouchester Road. Sedikit berbeda dengan Lan Kwai Fong yang high class, arena dugem di Wanchai sedikit lebih merakyat. Cafe maupun pub-nya tak semenarik di Lan Kwai Fong. “Itu lho tempatnya, semoga ada cewek Indo-nya,” tukas Rudi sambil menunjuk VENUS cafe yang ada di ujung jalan Glouchester Road.

Aroma mesum seolah menyambut siapa saja yang mampir kemari. Beberapa foto cewek berwajah asia dengan pose yang aduhai sudah terpasang di depan pintu masuk. “Ladies, you want beautiful girl? We have many inside! (Perempuan, kamu ingin gadis cantik? Kami punya banyak di dalam,” sambut beberapa sales yang ada di depan cafe yang pintu masuknya tertutup tirai. “Yes,” jawab Rudi sambil mengangguk.

Maka begitu pintu dibuka, puluhan perempuan berpakaian super mini langsung menyambut para tamu yang datang, laki-laki tentunya.  Di depan bar, seorang perempuan yang tampil topless masih asyik menari.

“Kami punya Philipina, Thaigoers (perempuan Thailand.red). Kamu ingin yang mana?” sambut mama San-begitu panggilan sang mami. “Indonesia!” jawab Rudi serius. Sambil mengernyitkan dahi, Mama San nampak sedikit kebingungan. “Ya, tapi kamu harus menunggu dulu. Itu ada satu, tapi masih melayani tamu. Kau mau kan?” jawab Mami San serius sambil menunjuk ke arah seorang cewek berkulit coklat yang asyik menemani minum seorang tamu asal Pakistan.

“Ya, kami hanya punya satu dari Indonesia,” kata Mami San sambil menyebut Desi sebagai purel asal Indonesia yang terhitung jarang di Hong Kong.Maklum, hampir sebagian besar perempuan penghibur di Wanchai justru didominasi oleh cewek Philipina dan Thailand. (rchan-cw)

Baca juga:

LihatTutupKomentar