Susu Kental Manis Masih Jadi Problem untuk Tuntaskan Masalah Gizi Buruk

Surabaya, Suarajatim.com – Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari, pada 2019 ini merupakan peringatan ke-59 mengangkat sub tema “Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif” dengan mengumandangkan slogan “Gizi Seimbang Prestasi Gemilang”. Hal ini harus menjadi momentum yang tepat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk kembali melakukan evaluasi tentang masalah gizi buruk yang dialami oleh balita dan anak-anak. 

Masalah gizi buruk ini semakin jarang didengar seiring semakin membaiknya program kesehatan masyarakat beberapa tahun belakangan yang banyak dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah.
SKM (foto:krjogja.com)
Seperti yang disampaikan oleh Masruroh Wahid,Ketua Persatuan Wanita Muslimat NU Jawa Timur, “Dalam keluarga muslimat NU Jawa Timur, kami tidak memiliki anak atau balita yang mengalami gizi buruk. Muslimat NU sebagai organisasi sosial keagamaan  memiliki progam pemberdayaan  dan pencerahan diberbagai bidang kepada masyarakat, terutama kepada anggota  Muslimat. Terterutama masalah kesehatan dan perbaikan gizi keluarga. Dalam hal ini antara lain dengan melakukan sosialisasi tidak mengosumsi susu kental manis sebagai pengganti susu bagi anak secara berlebihan adalah upaya edukasi bagi anggota Muslimat agar mereka mengetahui agar memberikan asupan gizi yang cukup bagi keluarga terutama anak-anak. Mereka tidak harus menunggu ada kasus gizi buruk. Karena tindakan preventif pasti lebih baik.”

Masruroh Wahid juga menyampaikan bahwa Muslimat punya ribuan majlis taklim dan ribuan TK/RA/PAUD di seluruh Jawa Timur. Melalui majelis taklim melakukan edukasi masyarakat tentang berbagai program tak terkecuali masalah cara hidup sehat kerjasama dengan dinas kesehatan. Sedangkan melalui sekolah-sekolah melakukan sosialisasi dalam program parenting dengan pengasuhan anak yang benar, termasuk pemberian makanan bergizi seimbang.

Senada dengan penjelasan Ketua Muslimat NU Jawa Timur, Masruroh Wahid, Ketua PKK Surabaya, Nuriya Sigit menjelaskan jika tidak ditemukan lagi gizi buruk yang ada adalah kondisi kesehatan dibawah garis merah (kondisi yang dinyatakan dalam kartu menuju sehat, dibawah garis merah merupakan kondisi kurang sehat atau memiliki masalah kesehatan. Dimana kondisi ini ada hampir di semua kecamatan di Surabaya. Penyebab kondisi ini antara lain, penyakit penyerta misalnya jantung dan bibir sumbing, pola asuh yang salah, kondisi ekonomi.

Namun demikian tidak menutup kemungkinan masih ada ditemukannya kasus-kasus gizi buruk yang menimpa anak-anak, yang kebanyakan dikarenakan ekonomi yang tidak baik sehingga menjadi pemicu kurangnya perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang anak atau juga kurangnya pengetahuan tentang masalah makanan bergizi.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gizi buruk tersebut ? Bagaiman balita atau anak dapat mengalami gizi buruk ?

Gizi buruk adalah kondisi tubuh terparah yang mengalami kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama (menahun). Hal ini umumnya terjadi pada anak-anak, gizi buruk yang dialami anak pada banyak kasus disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi seimbang, di samping itu bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan ataupun terganggunya penyerapan zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh. Anak yang mengalami gizi buruk ringan hanya terlihat kurus dengan gangguan pertumbuhan lain misalnya tinggi badan yang tidak sesuai dengan tinggi anak seusianya.

Seperti yang dialami oleh seorang anak usia 7 tahun berinisial A dimana sejak usia 3 tahun dirinya mengonsumsi susu kental manis sebagai susu pengganti yang dikonsumsi sebelumnya. A mengalami tinggi yang tidak normal dibandingkan dengan teman-teman seusianya dan berat badan yang kurang dari 15 kilogram. Oleh petugas kesehatan setempat telah dikatakan agar orang tuanya lebih memperhatikan lagi asupan gizinya. Namun hal tersebut ditanggapi oleh orang tuanya karena kesulitan ekonomi.

Menyoroti hal susu kental manis yang oleh sebagian masyarakat masih berpendapat bahwa susu kental manis (skm) memiliki fungsi yang sama dengan susu yang lain. Hal ini merupakan dampak dari iklan yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi di Indonesia yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam iklan tersebut dinyatakan bahwa kandungan gizi dalam skm tersebut sangat baik bagi pertumbuhan anak. Dengan menampilkan anak-anak dalam iklam membangun image masyarakat terutama para ibu jika skm adalah susu untuk pertumbuhan anak. Padahal komposisi skm terbanyak adalah gula dan fungsinya adalah sebagai topping makanan.

Tentunya hal ini banyak menuai kritik dari berbagai pihak seperti LSM – LSM yang mencermati soal kesehatan. Mereka mengkritik pihak-pihak terkait perihal terus ditayangkannya iklan tersebut, meski menyampaikan informasi yang tidak benar dan menyesatkan.

Menanggapi polemik iklan tersebut anggota DPR RI Komisi IX yang membidangi bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, Dede Yusuf melalui wawancara melalui whatshapp (chat) menyatakan, “Sepengetahuan saya masalah iklan susu kental manis, sudah dan sudah diberikan peringatan sejak lama. Kami juga sudah merapatkan hal ini dan memberikan kesimpulan, agar target iklan tidak boleh menggunakan balita atau anak-anak serta adegan membuat susu. Karena spesifiknya skm adalah untuk kue dan tambahan panganan. Rasanya masyarakat sudah mendapatkan sosialisai hal tersebut sejak beberapa bulan yang lalu. Kami juga ikut melakukan sosialisasi tersebut. Dan masyarakat seharusnya sudah faham. Jadi jika masih ada yang menjual produk ini untuk pengganti susu bayi atau anak atau ada iklan yang seperti itu harap segera melaporkan ke BPOM dan komisi IX DPR RI.”

Sayangnya pihak BPOM Surabaya melalui humasnya saat dikonfirmasi melalui whatshapp (chat) tidak memberikan balasan sepatah katapun hanya link rilis yang dikeluarkan pada pertengahan 2018 yang menyoal tentang skm. Ada pernyataan penting yang bisa diambil pada saat itu adalah pernyataan Penny Lukito, Kepala BPOM.

 “SKM merupakan produk yang mengandung susu yang digunakan sebagai pelengkap sajian, bukan produk susu yang digunakan sebagai asupan pemenuhan nutrisi gizi terutama kepada bayi, apalagi pengganti ASI” tegas Penny. “Dalam perjalanan pengawasan post-market yang dilakukan oleh BPOM, ditemukan adanya beberapa iklan dan label dengan persepsi yang salah disampaikan oleh produsen. BPOM kemudian melakukan revisi peraturan yang ada dengan lebih melengkapi, sehingga ada informasi dan edukasi kepada masyarakat. SE ini mengisi kekosongan regulasi yang sedang berproses yaitu rancangan Perka BPOM tentang label dan iklan.” tambahnya.

Masalah iklan susu kental manis menjadi salah satu hal yang berlawanan arah atau seolah menentang program pemerintah untuk menghapus gizi buruk. Program kesehatan melawan gizi buruk seolah seperti menulis diatas pasir di tepi laut, tak lama ombak menghapusnya. Perlu dengan serius berbagai pihak yang berwenang untuk menghentikan tayangan iklan tersebut agar dapat mengubah image masyarakat yang tidak benar soal skm.
LihatTutupKomentar