iklan jual beli mobil

Teknologi “Sidik Jari” Pada Otak untuk Deteksi Dini Gangguan Mental dan Penyakit Syaraf

sidik jari otak
Jika manusia memiliki sidik jari yang berbeda pada setiap individu maka otak juga memiliki hal yang sama

Peta atau maping otak yang berbeda pada setiap orang yang disebut dengan Connectome. 

Suarajatim.com - Organ yang paling penting bagi manusia adalah otak dimana fungsinya sama adalah sebagai pengendali semua organ tubuh yang lain. Otak merupakan pusat dari ribuan syaraf yang ada dalam tubuh manusia, bayangkan jika otak berhenti total dan tidak bisa berfungsi ibarat handphone dan peralatan lainnya yang mesinnya mati total. Tidak akan ada fungsinya lagi sama sekali.

Otak memiliki volume 1.350 cc dengan jumlah syaraf mencapai 100 juta sel syaraf yang disebut sebagai neuron. Otak berperan besar dalam mengatur gerakan manusia, mengatur perilaku dan fungsi tubuh, mengatur tekanan darah serta masih banyak lagi tugas dan fungsi otak bagi kita.

Maka jika ada yang cedera atau menyimpang pada anatomi otak kita akan sangat mungkin berdampak pada fisik maupun psikis kita.
 

Semakin dalam membahas tentang otak manusia maka akan semakin ditemukan betapa luas dan kompleksnya masalah tersebut. Ilmuwan menemukan bahwa ternyata setiap otak adalah sebuah kumparan “kabel” yang berbeda-beda dan unik.

Jika manusia memiliki sidik jari yang berbeda pada setiap individu maka otak juga memiliki hal yang sama, peta atau maping otak yang berbeda pada setiap orang yang disebut dengan Connectome.

Ilmuwan dari Carnegie Melon University melakukan maping pada otak melalui sebuah teknologi yang disebut dengan MRI (Magnetic resonance imaging). Hasil dari maping dengan MRI ini nantinya akan bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksi adanya kemungkinan penyakit mental dan gangguang syaraf pada individu tersebut (The Huffington Post).

MRI menggunakan gelombang medan magnet dan gelombang radio dimana hasil dari pemeriksaannya berupa foto digital yang bisa disimpan sebagai file komputer agar bisa dipelajari lebih lanjut.


Dr. Timothy Verntymen, asisten profesor psikologi dari Carnegie Melon University melalui Huffington Post mengatakan bahwa masing – masing otak manusia ibarat memiliki kepingan salju yang unik dan berbeda – beda. Dia mengatakan bahwa setiap orang memiliki kabel diagram otak yang khusus tidak akan sama dengan yang lain.

Ilmuwan menciptakan semacam dasar peta koneksi yang besar pada otak kemudian mengukur bentangan koneksinya dengan otak yang mendasari serat – serat di dalamnya. Data ini nantinya akan digunakan untuk merekonstruksi dan membuat tanda “sidik jari” pada setiap otak manusia.
 

Sebagai langkah awal telah dilakukan pengukuran menggunakan MRI terhadap otak manusia dengan menggunakan sampel sebanyak 699 orang.

Maping otak atau connectome yang berbeda akan dapat digunakan untuk mengindentifikasi setiap orang dengan tingkat akurasi sempurna atau mencapai 100%. Connectome otak manusia bukan hanya memberikan informasi genetik, kognisi dan kesehatan syaraf tetapi juga pengalaman hidup dari orang tersebut.


Yang cukup mengejutkan adalah fakta baru bahwa connectome manusia akan mengalami perubahan sekitar 13% setiap 100 hari. Mayoritas perubahan ini terjadi karena pengalaman hidup yang menyebabkan otak mengatur kembali dirinya dan membentuk koneksi baru di dalamnya. Sedangkan percobaan yang dilakukan pada orang kembar ternyata mereka memiliki profil connectome yang relatif sama atau mirip.
 
Baca: 4 Jenis Diet yang Bisa Kurangi Resiko Stroke

Teknologi ini bisa digunakan untuk mempelajari bagaimana faktor keturunan dan lingkungan mempengaruhi pembentukan otak. Memang masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa riset ini bisa digunakan untuk mengatasi gangguan mental tapi suatu hari nanti akan sangat memungkinkan untuk membandingkan connectome otak manusia yang bertujuan agar bisa diketahui dan memperkirakan apakah seseorang memiliki resiko gangguan psikis dan fungsi kognitif.

Para ilmuwan berharap akan ada studi lebih lanjut mengenai hal ini agar suatu saat nanti benar – benar bisa dilakukan deteksi dini gangguan mental, syaraf dan psikis melalui teknologi “sidik jari” otak ini.

Setidaknya riset ini telah memberikan gambaran bahwa serat-serat dalam otak yang sangat halus ternyata bisa digunakan untuk memprediksi perilaku tertentu sehingga pada akhrnya diharapkan bisa membantu klien yang memiliki masalah patologis. (*)
LihatTutupKomentar