Rusuhnya di Lapangan, Tapi Arah Tembakan Gas Juga ke Tribun

  • Fahd Pahdepie, CEO Inilah.com menuturkan analisisnya seputar kejanggalan pada tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. Menurutnya, opini publik yang mengatakan bahwa "suporter Arema FC berbuat anarkis sehingga penembakan gas air mata harus dilakukan oleh aparat" merupakan sebuah pemikiran yang janggal dan terasa dimobilisasi.

Suarajatim.com - Menurut Fahd, kalimat "kerusuhan antar suporter" tidak masuk akal, mengingat yang diperbolehkan menonton langsung di stadion pada saat itu hanyalah suporter tuan rumah, Arema FC saja sementara pendukung Persebaya sama sekali dilarang datang ke stadion. Jika begitu, dengan siapa para suporter baku hantam? Apakah dengan teman sendiri? Rasanya tidak mungkin. 

Arema Vs Persebaya: 125 Suporter Dan 2 Polisi Tewas, Bermula Dari Tembakan Gas Air Mata

Fahd menuliskan, ungkapan "tidak ada asap kalau tidak ada penembakan gas air mata" lebih tepat menggambarkan sebab kericuhan Sabtu malam, 1 Oktober 2022 tersebut. Bukan tanpa dasar, Fahd mengacu pada video di kanal Youtube RCBFM Channel RCBFM Channel yang merekam dengan jelas kronologi pasca pertandingan. Dengan durasi 12 menit 55 detik, video tersebut sudah ditonton lebih dari 5,3 juta kali.


Di sana terlihat kondisi lapangan saat itu, dimana seluruh tim Persebaya telah masuk ke ruang ganti. Menyisakan Arema FC beserta tim official-nya yang sedang meminta maaf kepada penonton atas kekalahannya. Lalu masukklah ke tengah lapangan 1-2 ‘pitch invader’. Para penggemar bola pasti tahu, pitch invader merupakan fans yang biasanya hanya ingin memeluk atau meminta kaus dari para pemain. Salah satunya kemudian dikejar-kejar petugas hingga ia berlari-lari di dekat gawang.

Tragedi Kanjuruhan Tewaskan 17 Anak, Alfiansyah Selamat Tapi Jadi Yatim Piatu

Beberapa fans lainnya ikut turun ke lapangan, sebagian menghampiri pemain untuk bersalaman, sebagian yang lain hanya berteriak-teriak penuh euforia. Sementara petugas mulai kewalahan membendungnya. Sejauh itu, menurut Fahd masih tidak berbahaya dan bahkan terbilang biasa di dunia sepak bola. Layaknya fans Stoke City FC memadati Britannia Stadium, bahkan tak separah pendukung Malmo FC, Swedia, yang menyerbu lapangan dan merangsek para pemain sambil membawa kembang api.


Melihat hal ini narasi yang mengatakan bahwa "suporter Arema berusaha menyerang pemain Persebaya di lapangan" menjadi sama sekali tak beralasan, mengingat seluruh pemain tim lawan sudah berada di ruang ganti. Sangat tidak mungkin jika mereka menyerang pemain kesayangannya sendiri.

Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat Akhirnya Dicopot!

Situasi malah jadi memburuk ketika Polisi dan TNI melakukan tindakan represif guna memukul mereka mundur. Mulai menit ke-4 pada video tersebut, bisa terlihat bagaimana situasi mulai chaos. Aparat mulai galak melakukan tindakan fisik, lalu flare menyala di dekat pintu masuk ke ruang ganti.


Kericuhan jadi tak bisa dihindari karena beberapa orang mulai melawan. Suasana makin mencekam. Ada penonton yang terlihat terkapar tapi tetap dipukul dengan pentungan, disusul suara tembakan, hingga pada menit ke-57, polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun selatan. Api terpercik, asap mengepul tebal, ribuan penonton di tribun berhamburan berebut keluar. Siapa yang tidak panik dengan situasi ini?

Terkait Kanjuruhan, 9 Komandan Brimob Di Polda Jatim Dicopot. Siapa Saja?

Seperti yang dikatakan Kapolda Jatim Nico Afinta dan Menkopolhukam Mahfud MD, rata-rata korban meninggal berada di area pintu keluar. Tak bisa dibayangkan bagaimana efek gas air mata memperparah kondisi semua orang di sana. Mata perih, keadaan gelap, dada mendadak sesak, tapi harus berjuang berdesak-desakkan mencapai pintu keluar. Sudah pasti banyak yang terjatuh, terinjak, dan cidera.


Dari analisis Fahd Pahdepie tersebut, Anda jadi bisa menjawab sendiri, apakah mereka korban kerusuhan antar suporter? Apakah mereka korban dari penonton yang anarkis? Atau mereka lebih cocok jadi korban gas air mata petugas?

Arema Dan Persebaya Sudah Sering Bertemu, Tragedi Kanjuruhan Harusnya Bisa Diantisipasi

Yang jelas, saat ini pemerintah sedang membentuk tim investigasi khusus untuk mengusut tuntas tragedi tersebut, meski sayang, menurut kabar beredar, Iwan Bule lah yang ditunjuk menjadi ketua tim investigasi. Seperti diketahui, Iwan Bule adalah Ketua Umum PSSI, yang merupakan mantan perwira tinggi Polri, mantan Kadiv Propam Polri dan Kapolda Metro Jaya. Padahal dari logika sederhana saja, seharusnya tim investigasi terdiri dari orang-orang independen, bukan oleh pihak yang terkait kebutuhan investigasi ini, termasuk PSSI.


Memang ada fakta bahwa suporter menyerang kendaraan yang digunakan para pemain Persebaya, namun itu terjadi setelah semua kerusuhan di stadion. Setelah para korban jiwa dari pendukung Arema berjatuhan.

Kapolda Jatim Akhirnya Dicopot

Sebagai penutup, Fahd mengungkapkam. Bahwa kita tidak sedang berusaha menyalahkan salah satu pihak saja. Namun tetap harus ditemukan apa kesalahan yang paling fatal? Sehingga jelas pula siapa yang harus bertanggung jawab. Tak mengapa jika apatat tidak mau disalahkan tentang gas air mata. Tapi jangan salahkan juga 125 korban meninggal yang mungkin tidak bersalah itu.


"Sebagian dari mereka hanya duduk di tribun, mungkin lansia, perempuan dan anak-anak. Jika yang salah perusuh, mengapa Bapak menembak ke arah tribun?" tutup Fahd.

LihatTutupKomentar