iklan jual beli mobil

Menelusuri Jejak Kelam, Penembakan Iran Air 655 Pertegas Arogansi Amerika

  • Mengungkap sejarah kelam permusuhan abadi Amerika-Iran lewat peristiwa penembakan Iran Air tahun 1988. Seperti apa kronologisnya?

Suarajatim.com - Kapal penjelajah rudal Angkatan Laut Amerika Serikat USS Vincennes menembak jatuh pesawat komersial Iran Air penerbangan 655. Peristiwa ini terjadi di Selat Hormuz, antara Teluk Oman dan Teluk Persia pada 3 Juli 1988.


Iran Air lepas landas dari Kota Bandar Abbas, Iran sekitar pukul 10.47 waktu setempat, menuju Dubai, Uni Emirat Arab, membawa 290 penumpang yang kesemuanya dinyatakan tewas pada penyerangan itu.


Setelah jalur legal pesawat tersebut diakui oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) dan Asosiasi Transportasi Udara Internasiona (IATA), Amerika buka suara. Mereka berdalih peristiwa tersebut terjadi lantaran pesawat komersial teridentifikasi sebagai jet tempur F-14. 


Kala itu, di tengah perang Iran-Irak, kapal Amerika bersama kapal dari beberapa negara lain ada di wilayah itu mengamankan pengangkutan minyak.


Pagi hari di tanggal 3 Juli, selepas melakukan misi pengawalan, USS Vincennes melintas di Selat Hormuz dan mendapat laporan dari sebuah helikopter di kapal itu bahwa ada penyerangan berupa tembakan persenjataan ringan dari kapal-kapal patroli Iran ketika melintas.


USS Vincennes di bawah komando command Kapten William C. Rogers III yang terkenal agresif, langsung mengejar kapal-kapal yang dimaksud hingga menerobos wilayah Iran.


Iran Air diidentifikasi sebagai jet tempur F-14, padahal ukurannya jauh lebih besar. Meyakni hal ini, Vincennes menembakkan dua rudal darat-ke-udara yang menghancurkan pesawat beserta isinya.


Tak berselang lama, para pejabat AS membuat laporan adanya pesawat Iran yang turun cepat di luar rute normal menuju Vincennes.


Dalam surat kabar Britannica, Amerika mengklaim bahwa tindakan yang dilakukan saat itu tak lain merupakan bentuk perlindungan diri. 


Padahal, fakta dari data Air Traffic Control menunjukkan bahwa pesawat Iran Air 655 berulang kali mengidentifikasikan dirinya. Tentu bukan kebetulan, bahwa setelah kejadian itu, kapten US Vincennes diganjar penghargaan oleh Amerika.


Lalu apa yang terjadi berikutnya? Apakah Iran balas dendam pada US? Tidak. 


Iran mengadu pada PBB untuk mengutuk kejadian tersebut dan mencari solusinya. Namun apa yang terjadi? Di bawah tekanan politik Amerika, PBB menolaknya.


Iran kemudian melapor ke mahkamah internasional di Den Haag untuk menuntut permintaan maaf resmi dan pertanggungjawaban Amerika.


Lalu pada Februari 1996, pemerintah Amerika Serikat sepakat membayarkan uang kompensasi sebesar 131,8 juta dolar agar Iran menghentikan kasus ini. Sebanyak 61,8 juta dolar disalurkan untuk keluarga warga Iran yang tewas dalam penerbangan itu. Namun, tak pernah ada permintaan maaf resmi maupun penuntasan kewajiban hukum lainnya.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh George HW Bush dalam pidatonya di tahun 1988. "Sampai kapanpun, Saya tidak mau meminta maaf atas nama Amerika. Sampai kapanpun. Saya tidak peduli bagaimana faktanya. Saya akan berdiri, memimpin, menegakkan kebebasan dan demokrasi di seluruh dunia."


Insiden itu menjadi salah satu pemicu akhirnya Amerika Serikat dan Iran menjadi musuh abadi dalam percaturan politik global. Rakyat Iran percaya Amerika Serikat memang sengaja melakukan penyerangan. Bagi mereka, ini adalah tragedi yang tak termaafkan.

LihatTutupKomentar