Inovasi Olahan Bawang Goreng PKM UNESA Tingkatkan Nilai Jual Petani Nganjuk

SUARAJATIM - Setiap musim panen, petani bawang merah di Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, kerap menghadapi masalah serupa. Hasil melimpah justru berujung pada anjloknya harga. Banyak hasil panen yang tidak terserap pasar, bahkan terbuang sia-sia.

Mesin perajang bawang membantu petani mengolah hasil panen menjadi bawang goreng siap jual.
Merespons kondisi ini, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggandeng Kelompok Tani Merdeka Tani di Desa Sumberjo. Dipimpin oleh Irfan Ramis, S.E., M.E., tim menghadirkan solusi berbasis teknologi tepat guna. Dua mesin utama diperkenalkan: Mesin Deep Fryer berkapasitas besar dengan pengatur suhu otomatis, dan Mesin Perajang Bawang Safety yang mampu memotong hingga 100 kilogram per jam.

Dengan alat ini, petani dapat memproduksi bawang goreng berkualitas tinggi. Hasilnya renyah, tidak gosong, dan lebih tahan lama. Proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien.

Selain pendampingan teknis, tim juga memberikan pelatihan manajemen usaha. Anggota kelompok tani diajari pencatatan keuangan sederhana, branding, dan pemasaran digital melalui WhatsApp Business, Instagram, serta e-commerce. Tujuannya agar produk bawang goreng Sumberjo dapat menjangkau pasar lebih luas dan menjadi ikon daerah.

Ketua Kelompok Tani Merdeka Tani, Hadi Suwanto, menyambut positif program ini. “Selama ini panen bawang hasilnya melimpah tapi harga anjlok. Dengan adanya inovasi ini, kami tidak hanya menjual bawang segar, tapi juga punya produk olahan yang lebih bernilai. Harapan kami, bawang goreng Sumberjo bisa jadi ikon desa dan menyejahterakan petani,” ujarnya.

Program ini tidak hanya membantu petani mengatasi fluktuasi harga, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Inisiatif ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam hal pola konsumsi dan produksi.

Dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi mendukung pelaksanaan program pada tahun 2025. Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menciptakan solusi nyata bagi persoalan ekonomi di tingkat akar rumput.

LihatTutupKomentar